PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SDN SUSUKAN 06 PAGI JAKARTA TIMUR

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SDN SUSUKAN 06 PAGI JAKARTA TIMUR

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. A.    Latar Belakang Masalah

Rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, merupakan salah satu dari permasalahan pendidikan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, baik dengan pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, sarana pendidikan serta perbaikan manajemen sekolah. Dengan berbagai usaha ini ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.

Peran serta warga sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat kurang, partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering terabaikan, padahal terjadi atau tidak terjadinya perubahan di sekolah sangat tergantung pada para gurunya. Oleh karena itu guru dan masyarakat sekolah harus memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan program-program sekolah. Guru perlu memahami bahwa apapun yang dilakukan di ruang kelas mempunyai pengaruh, baik positif maupun negatif terhadap motivasi siswa, cara guru menyajikan pelajaran, bagaimana kegiatan belajar dikelola di kelas, cara guru berintekrasi dengan siswa kiranya dilakukan oleh guru secara terencana dengan perbaikan dan perubahan baik dalam metode, manajemen sekolah yang terus dilakukan diharapkan dapat meningkatkan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia.

Kegiatan pembelajaran di sekolah biasanya hanya menenkankan pada transformasi informasi faktual dan pengembangan penalaran yaitu pemikiran logis menuju pencapaian satu jawaban benar atau salah. Menurut Gagne “Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai” dengan demikian dalam kegiatan pembelajaran memerlukan banyak pengetahuan dalam mengarahkan dan menyampaikan informasi agar tidak menimbulkan suatu kesalahan antara orang tua, guru dan siswa.

Kecerdasan emosional sangat menentukan potensi kita untuk mempelajari ketrampilan, yaitu ketrampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya yang terdiri dari kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional dengan beberapa kecakapan utama yang dimilikinya, ini tidaklah mudah diperoleh karena ia tidak hadir dan dimiliki secara tiba-tiba atau langsung jadi, sebaliknya kemampuan tersebut harus dipelajari sejak dini. Kemampuan untuk bereaksi secara maksimal ini sudah ada pada bayi yang baru lahir. Maka dalam hal kemampuan mempelajari kecerdasan emosional perlu ditumbuhkembangkan atau diasah keberadaannya secara kontinuitas.

Di sekitar kita banyak contoh membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal atau sering disebut dengan intelegence question (IQ) padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru.

Daniel Goleman, seorang profesor dari Harvard University yang telah berjasa dalam mempopulerkan kecerdasan emosional juga menjelaskan bahwa peran IQ dalam keberhasilan di dunia kerja hanya menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosi dalam menentukan peraihan prestasi puncak dalam pekerjaan. Jadi tingkat keberhasilan seseorang itu bukan ditentukan oleh IQ semata tetapi juga kecerdasan emosional.

Oleh karena itu, emosi sangat penting bagi rasionalitas. Dalam liku-liku perasaan dengan pikiran, kemampuan emosional membimbing keputusan kita dari saat ke saat, bekerja bahu-membahu dengan pikiran yang rasional, mendayagunakan atau tidak mendayagunakan pikiran itu sendiri. Demikian juga, otak nalar memainkan peran penting dalam emosi kita, kecuali pada saat-saat emosi mencuat lepas kendali dan otak emosional berjalan tak terkendalikan. Dalam artian tertentu kita mempunyai dua otak, dua pikiran dan dua jenis kecerdasan yang berlainan yaitu kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional. Keberhasilan kita dalam kehidupan ditentukan oleh kedua-duanya tidak hanya oleh IQ, tetapi kecerdasan emosionallah yang memegang peranan.

Tujuan pembelajaran matematika kepada siswa akan tercapai bila faktor-faktor pendukungnya dioptimalkan dengan faktor penghambatnya diminimalisir. Hambatan-hambatan tersebut seyogyanya bisa diatasi sendiri oleh siswa. Salah satu cara untuk mengatasi hambatan-hambatan fisiologis menurut hasil penyelidikan dan Ziger, Paw Lazarsfeld, Netschareffe, Else Liefmann, S. Holingworth, Baldwin yang dikutip oleh Ch. Buhler bahwa “Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah dan sebagainya”.

Peran orang tua tidak dapat dilepaskan. Sikap orang tua corak hubungan yang terjadi antara orang tua dan anak serta bagaimana perhatian orang tua terhadap sekolah, maka semua ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Menurut Piaget bahwa: “Anak-anak dalam rentang usia 7-11 tahun baru mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkrit”.

Perhatian kepada anak bukan hanya pemberian makanan, minuman, pakaian tetapi juga yang lebih penting lagi adalah pemberian kasih sayang orang tua yang penuh dan sabar dalam mendampingi anaknya sehari-hari.

Keberhasilan belajar anak sangat ditentukan oleh dorongan atau bimbingan belajar dari orang tua. Karena dorongan ini dapat mempengaruhi anak secara langsung. Dengan demikian apabila orang tua memberikan dorongan kepada anaknya, sekalipun keluarga tersebut dari keluarga miskin akan tetapi menghasilkan efek yang positif terhadap anak dalam pendidikannya.

Anak selalu berkembang baik fisik maupun mentalnya jika pertumbuhan fisik anak dapat dilihat dari besar tubuh dan tinggi tubuh anak, namun dilihat dari perkembangan anak (jiwa) anak terlihat dari keinginan serta kemampuan anak dalam bersikap sesuatu. Apalagi diera modernisasi ini pengaruh yang masuk atau yang dialami anak sangat besar ditambah dengan kemajuan dunia media baik media cetak atau media elektronik begitu cepatnya mengelilingi kehidupan anak, sehingga jika orang tua lengah dalam menyingkapi keadaan ini maka anaknya akan begitu saja cepat menerima sesuatu budaya atau ajaran dari luar. Tidak semua ajaran dari luar itu buruk dan tidak semua ajaran dari luar itu baik. Sebagai bangsa yang terkenal dengan budi pekerti yang luhur sebaiknya orang tua jangan bosan-bosan untuk selalu mengibarkan dan selalu mencontohkan budi pekerti yang sesuai dengan kehidupan bangsa kita.

Matematika mencakup beberapa operasi hitungan secara pecahan, penjumlahan, pengurangan, serta pembagian. Maka sering kali kita mendengar bahwa matematika itu sulit, padahal kesulitan itu bisa diatasi apabila didukung dengan banyaknya latihan dirumah, mungkin bukan hanya matematika saja yang perlu latihan di rumah pada pelajaran lain pun sama.

Segala problem atau masalah anak yang merasa ada kesulitan terhadap penyelesaian pada pelajaran matematika dapat diatasi dengan bimbingan dan perhatian dari orang tua. Orang tua harus selalu menyediakan waktu untuk menyelesaikan masalah anak, sehingga anak terbimbing dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami dalam pelajaran.

Menurut Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, membuat satu konsep bahwa “Kecerdasan emosional” dianggap akan dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan-hambatan psikologis yang ditemuinya dalam belajar. Menurutnya kecerdasan emosional adalah “Kemampuan merasakan, memahami dan secara eefktif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh manusiawi”.

Kecerdasan emosional yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, karena emosi memancing tindakan seorang terhadap apa yang dihadapinya.

Pembelajaran matematika merupakan pengembangan pikiran yang rasional bagaimana kita dapat mereflesikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari alasan tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi hasil belajar matematik.

 

  1. B.     Identifikasi Masalah

Memahami latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

  1. Apakah siswa yang memiliki kecerdasan emosional stabil dapat mempengaruhi hasil belajar matematika kelas IV SDN Susukan 06 Pagi Jakarta Timur?
  2. Apakah siswa yang memiliki kecerdasan emosional labil dapat mepengaruhi prestasi belajar matematika kelas IV SDN Susukan 06 Pagi Jakarta Timur?
  3. Apakah lingkungan siswa di sekolah dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika kelas IV SDN Susukan 06 Pagi Jakarta Timur?
  4. Apakah siswa yang memiliki keinginan untuk berprestasi dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika kelas IV SDN Susukan 06 Pagi Jakarta Timur?
  5. Apakah ada hubungan motivasi terhadap siswa yang memiliki kecerdasan emosional labil dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika kelas IV SDN Susukan 06 Pagi Jakarta Timur?
  6. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional yang dimiliki siswa dengan hasil belajar matematika kelas IV SDN Susukan 06 Pagi Jakarta Timur?
  7. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Susukan 06 Pagi Jakarta Timur?

 

  1. C.    Pembatasan Masalah

 

Dari permasalahan yang ada, maka kami membatasi pengkajian pada pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar matematika kelas IV SDN Susukan 06 Pagi Jakarta Timur. Hasil yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh dari evaluasi siswa dalam pelajaran matematika setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran selama satu semester.

 

  1. D.    Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Susukan 06 Pagi Jakarta Timur” ?

 

 

  1. E.     Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menjelaskan bahwa tujuan penelitian ini adalah:

  1. Menerapkan konsep ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan di UHAMKA Jakarta, khususnya tentang ilmu pendidikan.
  2. Untuk mengetahui sampai sejauh manakah pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar matematika dalam kaitannya dalam peningkatan mutu pendidikan di SDN Susukan 06 Pagi Jakarta Timur.

 

  1. F.     Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori di bidang pendidikan khususnya mata pelajaran matematika siswa kelas IV SDN Susukan 06 Pagi Jakarta Timur.

Secara praktis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi para guru kelas khususnya di SDN Susukan 06 Pagi Jakarta Timur dalam upaya pengembangan dan peningkatan kualitas pengajaran dengan senantiasa memperhatikan kecerdasan emosional siswa guna meningkatkan prestasi belajar.

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

 

  1. A.    Landasan Teori

 

Kecerdasan emosional atau yang biasa di kenal dengan EQ (bahasa ingris: emotional quotient) adalah kemampuan seorang untuk menerima, menilai, memgelola, serta memngotrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarny. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan, sedangkan, kecerdasan intelijen mengacu pada kapasitas untuk memrut berikan alasan yang valid akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional  (EQ) belakangan ini di nilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ) sebuan penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting dari pada kecefrdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang.

Menurut Howard gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional  seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan oprang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk motivasi diri.[1]

Menurut daniel Goleman, dalam kecerdasan emosi terdapat lima komponen penting dan kombinasi dari masing-masing komponen ini memiliki nilai yang lebih penting dari IQ. Elemen tersebut adalah: kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengatur hubungan/relasi.[2]

Ada banyak kemungkinan definisi kecerdasan emosional, dan definisi kecerdasan emosional, dan definisi yang banyak dapat dapat di temukan di internet. Banyak definisi ini berasal dari popolerisasi kecerdasan emosional yang di temukan dalam pers populer dan dalam buku-buku populer dan ilmiah yang berguna definisi yang jelas tentang kecerdasan emosional, bagai manapun, adalah recognizeable karena mengambil istilah dan kecerdasan emosi serius,itulah makna kecerdasanmu emosional telah melakukan suatu yang spesifik dengan persimpangan cerdas emosi dan pikiran, sebagai contoh:

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk alasan yang sah dengan emosi dan menggunakan emosi untuk meningkatkan pikir.

Definisi yang lebih formal adalah kami mendefinisikan EI (emotional intelegence) sebagai kapasitas untuk alastaan tentang emosi, dan emosi untuk meningkatkan berfikir. Ini mencakup kemampuan untuk merasakan emosi secara akurat, untuk mengakses dan menghasilkan emosi sehingga membantu pemikiran, untuk memahami emosi dan pengetahuan emosi, dan feklektif mengatur emosi sehingga meningkatkan pertumbuhan emosional dan intelektual, kecerdasan emosional terlibat dalam kapasitas untuk merasakan emosi, mengasamilasi perasaan emosi yang terkait, memahami informasi dari orang-orang emosi, dan mengatur mereka.

Ary Ginanjar Agustian melahirkan sutu model pelatih ESQ yang telah memiliki hak patent tersendiri. Konsep pelatihan ESQ ala Ary Ginanjar Agustian menekankan tentang: 1 zero mind process; yakni suatu usaha yang menjernihkan kembali pemikiran menuju god spot (fitrah), kembali kepada hati dan fikiran yang bersifat merdeka dan bebas dari terbelenggu; 2 metal buiding; yaitu uhaha untuk menciptakan format berfikir dan emosi berdasarkan kesadaran diri (self awareness), serta sesui dengan hati nurani dengan merujuk pada rukun iman; 3 mession statement, character building, dan self controlling; yaitu usaha untuk menghasilkan ketangguhan pribadi (personal strength) dengan merujuk pada rukun islam; 4 strategic colaboration; usaha untuk melakukan aliansi atau sinergi dengan orang lain atau dengan lingkungan sosialnya untuk mewujudkan tanggung jawab sosial individu; dan 5 total action; yaitu suatu usaha untuk membangun keteguhan sosial.[3]

Hakikat Manusia

Pada dasarnya sebelum kita pelajari suatu ilmu akan timbul, pertanyaan mendasar yaitu apa yang di maksud dengan ilmu yang sedang kita pelajari itu. Begitupun dengan matematika yang merupakan salah satu mata pelajaran di ajarkan di sekolah. Siswa akan bertananya sebetulnya apa hakikat atau arti dari matematika itu sendiri, meurut fruedantal, matematika adalah salah satu aktuivitas manusia  hal ini menyiratkan bahwa aktifitas manusia tidak terlepas dari cara-cara matematis.

Matematika merupakan simbol atau lambing adalah istilah yang telah di sepakati secara internasional. Dengan simbol atau lambing itu dapat mempermudah siswa dalam  memahami matematika. Matematika sangat penting di ajarkan kepada siswa, karena selalu di gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, meningkatkan kemampmenuan brerfikir liogis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, ini lah yang di maksud bahwa matematika adalah ratu dari dari berbagai ilmu.

Hakikat hasil belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Dimiyati dan Mudjiyono, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar.[4] Dalam hal ini bahwa di dalam proses belajar tersebut perlu adanya treathment untuk membangun perkembangan mental siswa dari keadaan sebelum proses belajar itu berlangsung dan setelah proses belajar itu berlangsung agar hasil belajar yang diperoleh dapat optimal.

 

Kajian teori terhadap variabel X

  1. Kecerdasan emosional
  2. Kecerdasan spiritual
  3. Prilaku belajar
  4. Kecerdasan visual
  5. Kecerdasan natural
  6. Kecerdasan linguistik
  7. Kecerdasan logika
  8. Kecerdasan kinestik
  9. Kecerdasan sosial

 

Kajian teori  terhadap variabel  Y

  1. Tingkat pemahaman kecerdasan emosional
  2. Tidak bisanya mengontrol emosi
  3. Keterlambatan dalam proses pembelajaran
  4. Kurangnya mengelola emosi dalam belajar
  5. Kesulitan dalam pemahaman

 

  1. B.     Kerangka Berpikir

 

Setiap manusia memiliki tingkat emosi yang berbeda-beda,contohnya  anak SD memiliki ketidak stabilan emosinya, jika anak tersebut sudah mampu mengelolah emosinya dengan baik, maka akan mendapatkan kesuksesan dalam mencapai hasil belajar.

Dengan demikian tidak dapatdi sangkal lagi kecerdasan emosional merupakan perkembangan yang perlu di pupuk  dan di salurkan demi menunjang keberhasilan belajar bagi siswa-siswi  peserta didik di masa sekarang dan masa mendatang.

Keadaan tiap anak, baik ada di lingkungan keluarga yang mampu sedang atau kurang mampu kecerdasan ini berbeda tidak terpaku dan terkait dari keadaan sosial dan lingkungan tetapi dari faktor internal dan eksternal anak yang bersangkutan, tetapi hasil belajar bisa dari tingkat kecerdasan emosional.

Namun kenyataan itu masih banyak di jumpai kendala-kendala yang timbulkan dari hasil belajar siswa yang tidak seimbang dari keadaan kecerdasan, minat, bakat, motivasi, dan keadaan lingkungan sosial, keluarga dan sosial keluarga dan masyarakatyang di hadapi. Akibat dari kurangnya pemupukan dan tidak ketahuan kontribusi kecerdasan emosional menghasilkan perkembangan hasil belajar yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian di atas hasil belajar siswa di trimbulkan dari faktor pengaruh internal dan eksternal siswa yaitu sebagai berikut:

  1. Faktor pengaruh internal siswa adalah minat, bakat, motivasi belajar dan kecerdasan emosi siwsa,juga tidak kalah pentingnya adalah kondisi fisik siswa yang bersangkutan.
  2. Faktor eksternal adalah keadaan sosial ekonomi orang tua, lingkungan keluarga, sarana dan prasarana sekolah.

 

  1. C.    Hipotesis Penelitian

 

Setelah penelitian mengadakan penelaahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah selanjunya adalah merumuskan hipotesis.

Dalam penelitian ini penulis mengambil dua variabel, yaitu variabel keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika sebagai variabel X dan hasil belajar siswa sebagai variabel Y.

Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 

Ho       : Tidak ada hubungan antara ke aktifan belajar dengan hasil belajar

  matematika siswa.

Hi        : Ada hubungan antara keaktifan belajar dengan hasil belajar matematika

  siswa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

  1. A.    Tujuan oprasional penelitian

 

  1. Untuk memperoleh hasil kecerdasan emosional anak.
  2. Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional anak dengan pembelajaran matematika.
  3. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional anak dengan pembelajaran matematika di SDN Susukan 06 Pagi Jakarta Timur.

 

 

  1. B.     Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Susukan 06 Pagi Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, yaitu pada bulan Februari 2013. Peneliti memilih tempat tersebut karena dekat dengan tempat tinggal.

 

  1. C.    Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan tekhnik korelasi. Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara menggunakan angket dan tes hasil belajar. Dan keaktifan belajar matematika siswa di peroleh menggunakan tes.

 

 

  1. D.    Teknik Pengumpulan Data
    1. Sumber Data

Data hubungan motivasi dengan produktifitas kierja kerja guru diperoleh melalui buku atau sumber bacaan dengan judul:

  1. Edisi lengkap tes IQ EQ dan SQ: Dwi Sunar P.
  2. Genius Lerning Strategy: Adi W. Gunawan
  3. Variabel Penelitian

–          Variabel (X) = Pengaruh kecerdasan emosional

–          Variabel (Y) = Hasil belajar matematika

 

  1. E.     Hipotesis statistik

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Ho : p = 0

H1 : p > 0

Keterangan :

Ho       : Kecerdasan emosional bukanlah benda yang dapat di lihat atau  dihitung,

kecerdasan adalah potensi yang ada di dalam diri kita masing-masing.

 

 

H1          : Zakiah darajat; kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) di pandang masih berdimensi horisontal-materialistik belaka (manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial)dan belum menyentuh persoalan inti kehidupan yang menyangkut fitrah manusia sebagai mahluk tuhan (dimensi vertikal-spiritual)

 

Daniel Golemen, dalam bukunya emotional intellegence (1994) menyaakan bahwa “ kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20% dan sisinya yang 80% di tentukan oleh serumpun faktor-faktor yang di sebut kecerdasan emosional. Danah zohar, EQ bekerja mengelolah yang di dalam (Telinga perasaan)

 

  1. F.     Teknik Analisa Data
    1. 1.      Uji Persyaratan
      1. Uji Normalitas

è Uji normalitas Pada Penelitian ini Menggunakan Uji Liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Jika hipotesis yang diajukan adalah :

Ho = Data berasal dari populasi berditribusi normal

H1 = Data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

Kriteria Pengujian :

Terima Ho jika  Lhitung  < Ltabel , Maka data berdistribusi Normal

Tolak Ho jika Lhitung > Ltabel , Maka data berditribusi tidak Normal

Hasilnya Lhitung < Ltabel  Ho diterima, maka data ini berasal dari populasi berdistribusi normal

 

  1. Uji Validitas

è Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidtan atau kesahihan suatu instrument. Pada penelitian ini untuk menguji validitas instrument ke kinerja kerja guru.

Dalam penelitian ini di gunakan taraf signifikan dan jumlah responden

 

  1. Uji Realibilitas

è Realibilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup untuk dipercaya digunakan sebagai alat pengumpul data karena istrumen tersebut sudah baik. Untuk instrument tes motivasi berprestasi dan kinerja kerja guru, uji realibilitas tes menggunakan rumus Kuder Richardson yaitu :

Keterangan :

r11     : Koefisien realibilitas seluruh item

p       : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q       : Proporsi subjek yang menjawab item yang salah (q = 1-p )

k       : Banyaknya item

s       : Standar deviasi tes

  1. 2.      Perhitungan Hipotesis

Hasil perhitungan Hipotesis yaitu :

 

 

Keterangan :

      Hasil yang di usulkan dengan teori dan setelah pengujian dinyatakan “BENAR”

 

 

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Sunar, P. Dwi. 2010. Edisi lengkap tes IQ EQ dan SQ. Jogjakarta: FlashBook

Gunawan, Adi W. 2012. Genius Learning Strategy Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan Accelerated Learning. Jakarta: Kompas Gramedia

Damiyati. Mudjiyono. 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Bineka Cipta

http://skripsi-ilmiah.blogspot.com/2009/04/pengaruh-kecerdasan-emosional-terhadap.html


[1] Sunar, Dwi P., Edisi Lengkap Tes IQ,EQ, dan SQ, (Jogjakarta: FlashBook,2010),hlm.14.

[2] Gunawan, Adi W., Genius Learning Strategy Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2012),hlm. 222.

[3] Sunar, Dwi P., Edisi Lengkap Tes IQ,EQ, dan SQ, (Jogjakarta: FlashBook,2010),hlm.24.

[4] Dimyati,Mudjiyono, op., hlm. 250.

Leave a comment